Detik-detik operasi di Rumah Wasir
Sesungguhnya kenikmatan yang sama sekali tidak ingin saya
tolak adalah nikmat sehat. Maka dari itu
menjadi sembuh setelah sakit merupakan sebuah anugerah tersendiri bagi saya.
Pernah pada suatu ketika saya bersama teman-teman berbincang-bincang mengenai
sesuatu. Seingat saya waktu itu hari sudah malam, tapi mereka masih lebih suka
menyebutnya masih sore. Kami membicarakan berbagai hal dan diantaranya mengenai
penyakit.
Entah kenapa, topik pembicaraan yang sebelumnya bercerita
tentang musik group band Sheila On 7 berubah menjadi PSMS Medan juara piala
kemerdekaan. Kemudian berganti topik lagi menjadi Persib jadi juara hingga
beberapa kali topik kembali berubah. Hingga sampailah saat waktunya
membicarakan penyakit yang paling dibenci. Yup, membicarakan penyakit yang
paling tidak disukai oleh kami.
Malam itu kami berjumlah 5 orang. Seperti biasa saya tak
pernah membeberkan sesuatu apabila telinga saya tak mendengar sebuah pertanyaan.
Tetapi pertanyaan dilontarkan oleh teman saya yang bernama Abede dan ditujukan
pada Rintik, Bala, Jangkung dan saya(Elpe).
Abede bertanya mengenai penyakit apa yang paling dibenci oleh
masing-masing diantara kami. Si Jangkung menjawab lebih dulu, diakuinya bahwa
Jangkung tak pernah mengalami penyakit hingga parah. Hanya saja yang paling dia
benci adalah ketika dirinya mengalami kecelakaan. Saat itu dirinya mengendarai
motor menuju Bandung. Saat berada di Cariu, Kabupaten Bogor Jangkung mengalami
tabrakan. Jangkung ditabrak oleh pengendara motor dari arah yang berlawanan.
Baca juga : Patofisiologi Wasir
Jangkung tampak mengalami luka ringan. Tetapi saat
didatangkan tukang urut untuk memijatnya, Jangkung mulai meringis. Ternyata
tukang urut itu menyatakan bahwa urat dan tulang tangan dan kaki si Jangkung
telah bergeser. Itulah yang membuat tangan dan kakinya bengkak dan sulit
digerakan. Menurut Jangkung rasa sakit yang dialaminya ketika itu adalah sebuah
rasa sakit yang terparah dalam hidupnya. Dirinya tak pernah berharap dapat
mengalami hal itu untuk kedua kalinya.
Lain Jangkung tentu lain pula dengan Rintik. Rintik menyatakan
secara terang-terangan bahwa penyakit yang dibencinya adalah cacar, panu,
kadas, kurap, kondiloma dan kanker(kantong kere). Rintik menjawab dengan
guyonan khasnya yang jenaka. Sehingga gelak tawa pun tak terelakkan. Namun secara serius Rintik berkata bahwa
penyakit yang paling dibencinya adalah rasa malas. Menurutnya rasa malas
merupakan sebuah penyakit yang mengurangi wibawa. Maka dari itu dirinya ingin menjadi
pembunuh malas. Sayangnya lagi-lagi dia bergurau. Maksudnya bukan membunuh rasa
malas tapi membunuh orang malas.
Baca juga : Ingat! Rumah Wasir
Kini giliran Bala, orang yang kami anggap paling terawat
diantara kami. Memiliki perawakan tubuh yang tinggi dan berkulit berwarna putih
indo. Paras Bala cukup tampan, dia pun rajin menabung. Untungnya Bala bukan
seorang pemalas, kalau Bala seorang pemalas sudah barang tentu dibunuh oleh
Rintik. Tapi masalahnya dalam hal ini Rintiklah yang sering dijuluki malas oleh
Bala. Untungnya Bala bukanlah Rintik, kalau Bala adalah Rintik pasti Rintik
sudah membunuh Rintik. Loh Koq gitu ya?
Karena si penulisnya lagi buntu ide, singkat cerita si Bala
pun menjelaskan penyakit yang dibencinya. Ternyata rasa sakit yang paling tidak
disukai oleh Bala adalah sakit karena cinta. Menurutnya hal itu teramat menyakitkan
dan sangat melukai hati. Bahkan dapat membuatnya sesak, lebih sesak daripada
saat dirinya mewarnai lebih dari ratusan helmet di pabrik. Bersambung ke Detik-detik Operasi di Rumah Wasir (bagian2).
0 komentar:
Posting Komentar