Selasa, 10 November 2015

Detik-detik Operasi di Rumah Wasir

Standard
Detik-detik Operasi di Rumah Wasir

Detik-detik operasi di Rumah Wasir

Sesungguhnya kenikmatan yang sama sekali tidak ingin saya tolak adalah  nikmat sehat. Maka dari itu menjadi sembuh setelah sakit merupakan sebuah anugerah tersendiri bagi saya. Pernah pada suatu ketika saya bersama teman-teman berbincang-bincang mengenai sesuatu. Seingat saya waktu itu hari sudah malam, tapi mereka masih lebih suka menyebutnya masih sore. Kami membicarakan berbagai hal dan diantaranya mengenai penyakit.

Entah kenapa, topik pembicaraan yang sebelumnya bercerita tentang musik group band Sheila On 7 berubah menjadi PSMS Medan juara piala kemerdekaan. Kemudian berganti topik lagi menjadi Persib jadi juara hingga beberapa kali topik kembali berubah. Hingga sampailah saat waktunya membicarakan penyakit yang paling dibenci. Yup, membicarakan penyakit yang paling tidak disukai oleh kami.

Malam itu kami berjumlah 5 orang. Seperti biasa saya tak pernah membeberkan sesuatu apabila telinga saya tak mendengar sebuah pertanyaan. Tetapi pertanyaan dilontarkan oleh teman saya yang bernama Abede dan ditujukan pada Rintik, Bala, Jangkung dan saya(Elpe).

Abede bertanya mengenai penyakit apa yang paling dibenci oleh masing-masing diantara kami. Si Jangkung menjawab lebih dulu, diakuinya bahwa Jangkung tak pernah mengalami penyakit hingga parah. Hanya saja yang paling dia benci adalah ketika dirinya mengalami kecelakaan. Saat itu dirinya mengendarai motor menuju Bandung. Saat berada di Cariu, Kabupaten Bogor Jangkung mengalami tabrakan. Jangkung ditabrak oleh pengendara motor dari arah yang berlawanan.

Baca juga : Patofisiologi Wasir


Jangkung tampak mengalami luka ringan. Tetapi saat didatangkan tukang urut untuk memijatnya, Jangkung mulai meringis. Ternyata tukang urut itu menyatakan bahwa urat dan tulang tangan dan kaki si Jangkung telah bergeser. Itulah yang membuat tangan dan kakinya bengkak dan sulit digerakan. Menurut Jangkung rasa sakit yang dialaminya ketika itu adalah sebuah rasa sakit yang terparah dalam hidupnya. Dirinya tak pernah berharap dapat mengalami hal itu untuk kedua kalinya.

Lain Jangkung tentu lain pula dengan Rintik. Rintik menyatakan secara terang-terangan bahwa penyakit yang dibencinya adalah cacar, panu, kadas, kurap, kondiloma dan kanker(kantong kere). Rintik menjawab dengan guyonan khasnya yang jenaka. Sehingga gelak tawa pun tak terelakkan.  Namun secara serius Rintik berkata bahwa penyakit yang paling dibencinya adalah rasa malas. Menurutnya rasa malas merupakan sebuah penyakit yang mengurangi wibawa. Maka dari itu dirinya ingin menjadi pembunuh malas. Sayangnya lagi-lagi dia bergurau. Maksudnya bukan membunuh rasa malas tapi membunuh orang malas.

Baca juga : Ingat! Rumah Wasir


Kini giliran Bala, orang yang kami anggap paling terawat diantara kami. Memiliki perawakan tubuh yang tinggi dan berkulit berwarna putih indo. Paras Bala cukup tampan, dia pun rajin menabung. Untungnya Bala bukan seorang pemalas, kalau Bala seorang pemalas sudah barang tentu dibunuh oleh Rintik. Tapi masalahnya dalam hal ini Rintiklah yang sering dijuluki malas oleh Bala. Untungnya Bala bukanlah Rintik, kalau Bala adalah Rintik pasti Rintik sudah membunuh Rintik. Loh Koq gitu ya?


Karena si penulisnya lagi buntu ide, singkat cerita si Bala pun menjelaskan penyakit yang dibencinya. Ternyata rasa sakit yang paling tidak disukai oleh Bala adalah sakit karena cinta. Menurutnya hal itu teramat menyakitkan dan sangat melukai hati. Bahkan dapat membuatnya sesak, lebih sesak daripada saat dirinya mewarnai lebih dari ratusan helmet di pabrik. Bersambung ke Detik-detik Operasi di Rumah Wasir (bagian2).
Lokasi: Jatiasih, Bekasi City, West Java, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar